kulmah.com Blog,News Rahtawood Highland

Rahtawood Highland

Pesona Rahtawood Highland Desa Rahtawu – Kudus

Rahtawood High Land adalah salah satu objek wisata yang dikelola oleh BUMDes Utama Karya Rahtawu, Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. Lokasinya sekitar satu kilometer dari Balai Desa Rahtawu. Rahtawood High Land memiliki banyak spot, mulai dari dua kolam renang, gazebo, gong perdamaian, gardu pandang, hingga spot foto yang tak kalah seru lainnya. Di tempat ini, pengunjung bisa melihat sungai dan bukit-bukit kawasan Muria.

 

Selain ada berbagai spot, Rahtawood High Land juga menawarkan paket camping. Tak hanya itu, BUMDes Utama Karya juga menyediakan persewaan berbagai peralatan camping seperti tenda, sleeping bag, matras, kompor, hingga nesting. Tak heran, di momen-momen tertentu, Rahtawood High Land ramai digunakan anak sekolah hingga mahasiswa untuk camping.

Untuk masuk ke tempat wisata ini, pengunjung cukup membayar tiket seharga Rp3 ribu dan Rp15 ribu untuk camping ground. Parkirnya murah: hanya Rp 3 ribu untuk motor, Rp5 ribu untuk mobil, dan Rp10 ribu khusus minibus. Untuk paket camping, BUMDes memberi dua pilihan. Paket pertama untuk empat orang dengan harga Rp 220 ribu. Paket kedua untuk dua orang dengan harga Rp 150 ribu. Dengan memilih paket-paket ini, pengunjung akan mendapatkan fasilitas camping lengkap seperti tenda hingga sleeping bag. “Biasanya anak-anak sekolah camping di sini,” kata Sekretaris BUMDes Utama Karya Rahtawu Rumiyatun.

Selain Rahtawood High Land, BUMDes Utama Karya Rahtawu juga mengelola wisata air terjun Kalibanteng, air terjun Kertomo, parkir, gedung serbaguna, kios, hingga tiket masuk ke lokasi wisata di Rahtawu.

Kepala Desa Rahtawu, mengatakan, saat ini BUMDes Utama Karya Rahtawu memang fokus untuk mengelola wisata. Sebab potensi wisata Desa Rahtawu sangat luar biasa. Kendati demikian, menurutnya, potensi wisata di Rahtawu masih banyak yang belum terolah. Jika dikelola dan ditata dengan baik akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Didik mengatakan, pendapatan BUMDes Utama Karya Rahtawu didapat dari pengelolaan wisata, parkir, kios, dan tiket masuk. Dia menyebut salah satu penyumbang pendapatan yang cukup besar yakni dari tiket masuk. “Dalam sebulan ada 20 ribu hingga 30 ribu orang. Jadi pendapatannya lumayan,” katanya.

Dia menyebut, penarikan tiket ini khusus untuk pengunjung yang menuju ke tempat wisata. Bila akan kondangan, bertamu, atau ada urusan selain berwisata tidak dikenai biaya masuk. “Bayarnya hanya Rp3 ribu saja. Kenapa kami tarif? Karena masuknya ribuan orang dari luar desa berdampak pada perubahan sosial budaya. Untuk itulah kami kenakan tarif,” paparnya.

Dalam pengelolaan ini, Didik mengaku, dibantu oleh warga Desa Rahtawu. Begitu juga dengan pengelolaan wisata. Sebab tujuan dari BUMDes sendiri yakni memberdayakan masyarakat. “Jadi ya diajak bersama. Yang ingin jualan kami fasilitasi kios. Yang mau mengurus parkir, kami persilakan. Yang mau menjaga ticketing kami juga fasilitasi,” paparnya.

Rahtawood Camping Ground, salah satu lokasi wisata yang dikelola oleh BUMDes Utama Karya Rahtawu  

BUMDes Utama Karya Rahtawu berdiri pada 2017. Dua tahun berjalan, BUMDes ini vakum. Kemudian pada aktif kembali sejak 2020 hingga sekarang.

Gerbang “Tugu Wisata Desa Rahtawu” menandai kawasan desa, sekaligus sebagai ikon desa wisata ini.

Didik mengatakan, perjalanan BUMDes Utama Karya Rahtawu memang berliku karena sempat mengalami mati suri hingga pergantian direktur. Namun sekarang, BUMDes sudah melewati masa suram. Kini BUMDes berkembang pesat dan mampu bersaing dengan BUMDes lain. “Siap menjadi desa unggulan,” harap lelaki berusia 51 tahun ini.

Untuk mendukung berkembangnya BUMDes, Didik mengaku pemerintah desa (pemdes) Rahtawu memberi penyertaan modal. Pada awal berdiri, pada 2017, pemdes memberi modal sebanyak Rp300 juta. Modal itu digunakan untuk membangun jalan menuju ke air terjun Kertomo. Selain itu anggaran juga digunakan untuk membangun toilet, kios, parkiran, hingga joglo di Rahtawood High Land.

Karena mati suri beberapa waktu, pada 2018 dan 2019, BUMDes tidak mendapatkan penyertaan modal. Namun pada 2020, BUMDes Utama Karya Rahtawu kembali mendapatkan modal, tepatnya dari dana desa sebanyak Rp400 juta. Dana itu digunakan untuk membuat parkiran Eyang Sakri dan pembuatan kios di depan Balai Desa Rahtawu.

Pada 2021, BUMDes mendapatkan bantuan keuangan (Bankeu) dari Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp600 juta. Dana ingin digunakan untuk pembangunan jalan sepanjang 1.200 meter, penataan lahan, pembuatan tugu gang, pembuatan kamar mandi di wisata yang dikelola BUMDes, pembuatan pagar Rahtawood High Land, pemasangan paving, dan kantin.

Pada 2021-2022, Pemdes Rahtawu memberi penyertaan modal berasal dari dana desa sebesar Rp 400 juta. Dana ini digunakan untuk membangun bangunan serah guna. Bangunan yang dimaksud yakni kios, taman, dan parkir yang dikelola BUMDes. “Namanya memang bangunan serah guna. Bangunan milik pemdes, tetapi dikelola oleh BUMDes dengan pembagian 60:40 persen. Sebanyak 60 persen untuk desa dan 40 persen untuk pengelola (BUMDes),” kata Didik.

Didik mengatakan, penyertaan modal terus berlanjut hingga 2023. Tahun ini, ada penyertaan modal sebanyak Rp197 juta. Dana digunakan untuk pembangunan jalan lintas timur.

Dari penyertaan modal ini, BUMDes telah menghasilkan PADes. Pada 2020-2021 BUMDes memperoleh PADes sebanyak Rp43 juta. Pada 2022 jumlah meningkat menjadi Rp 414 juta dengan rincian Rp 300 juta untuk desa, sisanya untuk BUMDes. “Kami juga dapat dana hibah dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus sebanyak Rp 100 juta. Dananya untuk mengelola pariwisata,” katanya. Saat ini Rahtawu menjadi desa wisata klasifikasi rintisan.

Pada 2023, pihaknya menarget BUMDes mampu mendapatkan PADes sebanyak Rp 700 juta. “Pada 2024 kami targetkan bisa menghasilkan Rp1 miliar. Saya sangat optimistis melihat jumlah pengunjung di Rahtawu,” tuturnya.

Didik mengaku terinspirasi dari Desa Ponggok. Keunggulan dan kekurangan pengelolaan Desa Ponggok dipelajari untuk diterapkan di Desa Rahtawu. “Perlahan-lahan, tapi BUMDes semakin berkembang,” katanya.

Potensi wisata yang luar biasa membuat, Kepala Desa Rahtawu Didik Ariyadi menyusun masterplan Rahtawu dan grand design 2030. Salah satu yang dipersiapkan yakni pembuatan 12 wisata. Dua belas titik wisata ini berada di 4 dukuh.

Didik mengaku akan membuat 4 kampung yang bisa “dijual” menjadi kampung wisata. Rinciannya: dukuh 1 kampung modern, dukuh 2 kampung Pancasila, dukuh 3 kampung santri, dan dukuh 4 kampung adat (Kampung adat Semliro – Petilasan Gajah Mada). “Satu persatu sedang proses pengembangan itu. Titik-titik lainnya tentu saja menyusul,” paparnya.

Prepare mountain Blues 2024

Mountain Bluess by KBF dan Bumdes Desa Rahatawu

Didik mengatakan, Rahtawu juga memiliki potensi wisata kebun kopi. Selain bisa menjadi oleh-oleh khas, kebun kopi Rahtawu juga bisa dijadikan objek wisata. “Ini masih kami pikirkan. Sebab terkendala jalur menuju ke lokasi,” jelasnya.

Tak hanya itu, Didik mengaku, BUMDes Utama Karya Rahtawu juga akan menambah unit selain wisata. Unit tersebut yakni pengelolaan sampah dan air. Selain itu pihaknya juga akan mengelola unit pertanian hingga UMKM. “Kami targetkan semoga 2025 bisa terwujud. Untuk saat ini, kami masih fokus mengelola pariwisata,” katanya.

Pada 2025 pihaknya juga masih akan mengembangkan wisata. Salah satunya membuat mini zoo di dekat Rahtawood High Land. Selain itu, pihaknya juga memiliki angan-angan untuk membuat wisata jeep adventure. “Sebetulnya keinginan itu sudah lama. Namun karena tidak ada biayanya. Jadi hingga sekarang belum juga terwujud,” keluhnya.

Meski BUMDes mulai berkembang, Didik mengaku kendala-kendala yang dihadapi juga banyak. Selain infrastruktur, pihaknya juga kurang mendapat dukungan dari pemerintah. “Desa Rahtawu itu memiliki potensi sangat besar khususnya wisata. Namun karena pemerintah kurang perhatian, jadinya hanya begini-begini saja. Coba kalau satu dewan saja memberikan (dana, _red) aspirasinya ke Rahtawu, pasti itu akan sangat membantu untuk mengembangkan wisata di Rahtawu,” katanya.

Mountain blues, Event Musik perdana di Rahtawood High Land Desa Rahtawu[/caption]

Mountain blues, Event Musik perdana di Rahtawood High Land Desa Rahtawu

Untuk itu, dia berharap pemerintah daerah dan DPRD bisa memberi dukungan dana untuk mengembangkan wisata di Rahtawu. “Sudah dibikinkan desa secantik ini. Tinggal dipoles saja, pasti semakin menarik. Pengunjungnya banyak. Perekonomian juga pasti akan berdampak,” ungkapnya.

Selain dana, BUMDes juga kekurangan SDM. Sebetulnya SDM banyak. Namun kurang pengalaman dan pengetahuan, sehingga belum bisa maksimal. “Namun perlahan-lahan akan kami rangkul agar pemuda dan masyarakat bisa bersama-sama membangun desa,” harapnya.

redaksi www.kulmah.com

 

Loading

Leave a Reply

Related Post